Indahnya Bertaubat

Monday, 2 April 2012 0 comments
Indahnya Taubat
Dipetik daripada ‘Hati Sebening Mata Air’, karya Amru Khalid.

Ini kisah taubat Malik bin Dinar. Siapakah Malik bin Dinar?

Dia seorang Tabi’in, dan yang terkenal darinya ialah dia selalu menangis sepanjang malam sambil berkata, “Ya Rabbku, Kau sendirilah yang tahu penghuni syurga dan penghuni neraka, lalu aku termasuk yang mana? Ya Allah, jadikanlah aku dari penghuni syurga, dan jangan Kau jadikan aku dari penghuni neraka”.

Perhatikanlah ibadahnya! Inilah Malik bin Dinar. Tapi dia di awal hidupnya tidak memiliki ketakwaan seperti ini. Dia berkata, “Aku memulai hidupku dengan sia-sia, banyak minum, dan banyak berbuat maksiat. Aku berbuat dhalim pada manusia, aku makan hak orang lain, aku memakan riba, aku memukul manusia, aku melakukan kezaliman. Tiada maksiat yang tidak ku lakukan. Aku sangat fajir, sehingga manusia menjauhiku”.

Apakah Malik bin Dinar seperti itu? Ya, dulu dia seperti itu. Lalu dia berkata, “Tapi pada suatu hari, aku ingin menikah dan memiliki anak. Maka aku pun menikah dan isteriku melahirkan anak yang ku beri nama Fatimah. Aku sangat mencintainya. Setiap kali Fatimah bertambah besar, imanku pun bertambah dan maksiatku berkurang. Mungkin Fatimah tahu kalau aku memegang botol khamr (arak), lalu dia mendekat padaku, sehingga aku menjauhkan botol itu daripadanya, sedangkan dia baru berumur dua tahun. Seakan Allah menjadikan dia melakukan itu. Setiap kali Fatimah bertambah besar, imanku pun bertambah. Dan semakin aku melangkah lebih dekat dengan Allah, maka aku sedikit demi sedikit semakin jauh daripada maksiat, hingga usia Fatimah genap tiga tahun.

“Ketika usianya tiga tahun, dia mati... Maka hidupku berubah menjadi lebih buruk dari yang dahulu. Aku belum memiliki kesabaran orang yang beriman yang menguatkanku menerima bala, sehingga syaitan mempermainkanku. Sampai datang suatu hari, maka ia berkata, ‘Mabuklah kau sepertimana yang kau belum pernah mabuk seperti itu sebelumnya…’ Maka aku pun ingin mabuk, aku ingin minum khamr, sehingga aku minum sepanjang malam”.

Lalu aku bermimpi yang menembus kesadaranku. Aku bermimpi melihat diriku pada hari kiamat. Ketika matahari menjadi gelap, lautan berubah menjadi api, bumi bergoncang, dan manusia berbondong-bondong, aku bersama manusia, aku mendengar ada yang menyeru, “Fulan bin Fulan kemarilah menghadap pada Yang Maha Memaksa.”

Aku lihat wajah Fulan bin Fulan itu berubah menjadi hitam kerana ketakutan. Sehingga aku mendengar si penyeru itu memanggil Malik bin Dinar. Manusia di sekelilingku hilang, seakan tidak ada orang di bumi Mahsyar itu. Lalu aku melihat ular besar lagi ganas berjalan ke arahku sambil membuka mulutnya. Aku pun lari ketakutan, hingga aku menemukan laki-laki tua lagi lemah dan aku berkata, “Tolonglah aku dari ular itu.” Ia berkata, “Anakku, aku lemah, aku tidak bisa menolongmu, tetapi larilah ke arah ini mungkin kau akan selamat.”

Aku pun lari ke arah yang ia tunjukkan. Ular berada di belakangku, dan di depanku neraka. Maka aku pun bertanya, ‘Apakah aku akan lari dari ular dan jatuh ke neraka?’ Aku pun segera kembali lari dan ular semakin mendekat, aku kembali pada laki-laki lemah itu sambil berkata, “Selamatkan aku, tolonglah aku.” Ia pun menangis kasihan pada keadaanku, lalu berkata, “Aku lemah seperti yang kau lihat, aku tidak mampu melakukan apa-apa, tetapi larilah ke gunung itu, mungkin kau akan selamat.”

Aku pun lari ke gunung dan ular akan menyambarku. Lalu aku lihat di puncak gunung itu anak-anak kecil, mereka berteriak, “Wahai Fatimah, temuilah bapakmu, temuilah bapakmu!”

Aku pun tahu kalau itu anakku. Aku senang anakku yang mati di usia tiga tahun menolongku, mengambil tanganku dan mengusir ular itu dengan tangan kirinya, sedang aku seperti mayat kerana takut. Lalu aku pun duduk di kamarku seperti aku duduk di dunia, dan Fatimah berkata, “Wahai bapakku, ‘belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah…’ (Al-Hadid:16)”

Aku bertanya, “Wahai anakku, beritahulah padaku tentang ular itu!” Fatimah menjawab, “Itu adalah amalmu yang buruk, kau besar-besarkan dan kembangkan, sehingga hampir ia memakanmu. Bukankah kau tahu wahai bapakku, bahawa amal di dunia akan berubah memiliki jasad di hari Kiamat?”
Aku bertanya lagi, “Dan laki-laki lemah itu?” Fatimah menjawab, “Itu amal shalihmu. Kau lemahkan dia, sehingga ia menangis melihat keadaanmu, dan ia tidak mampu melakukan sesuatu. Sekiranya kau tidak melahirkan aku, dan aku mati ketika aku masih kecil tentu tidak ada yang bermanfaat bagimu. “

Aku pun terbangun dari tidurku sambil berteriak, “Telah datang wahai Tuhanku,... telah datang, wahai Tuhanku…” Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah…

Aku pun mandi dan keluar untuk solat Subuh, aku ingin taubat, kembali pada Allah. Ketika aku masuk masjid, sang imam sedang membaca,
“ Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah…(Al-Hadid: 16) ”
Malik bin Dinar pun bertaubat, hingga dia terkenal setiap hari duduk di depan masjid sambil berkata, “Wahai hamba yang bermaksiat, kembalilah pada majikanmu. Wahai hamba yang lalai, kembalilah pada majikanmu. Wahai hamba yang lari, kembalilah pada majikanmu, majikanmu menyerumu setiap malam dan siang hari sambil berkata,

“Siapa yang mendekat pada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat padanya sehasta, lalu siapa yang mendekat pada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat padanya satu depan, dan siapa yang mendekat pada-Ku sambil berjalan, maka Aku akan mendekat padanya sambil berlari kecik.”
 ( HR. Bukhari dan Muslim )

***
Sumber buku: ‘Hati Sebening Mata Air’, ditulis oleh Amru Khalid.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah…Walaupun kisah Malik bin Dinar ini kelihatan sedikit caca-marba dengan susunan ayat, tanda baca, dan bahasa yang agak aneh daripada sudut teknikalnya, saya kira sahabat-sahabat semua dapat mengambil ibrah (pengajaran) daripadanya. Ceritanya mudah dan ringkas. Sejujurnya, saya kira kita semua boleh ‘relate’ dengan kisah hidup Malik bin Dinar, ye tak? Kita bergelumang dengan kejahilan sejak muda, dan setelah itu Allah campakkan hidayah-Nya kepada kita. Kemudian, kita menjadi hamba-Nya yang bersyukur dan mula bertatih untuk berubah sedikit demi sedikit. Hati berkobar-kobar dan rasa berbunga ingin terus beribadat dan buat amal kebajikan hanya untuk-Nya.

Apakah mereka mengira bahwa mereka akan di biarkan hanya dengan mengatakan “kami telah beriman” dan mereka tidak di uji? (Al Ankabut, ayat 2)
Dan sungguh, kami telah menguji orang – orang sebelum mereka, maka allah pasti mengetahui orang – orang yang benar dan pasti mengetahui orang – orang yang dusta” (Al Ankabut, ayat 3)
Dan Sunnatullah telah menetapkan setiap manusia itu pasti akan diuji, dan ketika itulah, ketika ujian itu terkena batang hidung sendiri, baru kita tahu takat mana iman kita. Beruntunglah bagi orang yang sabar dengan setiap dugaan, malah imannya bertambah-tambah secara ‘exponential’ pula. Namun demikian, tak kurang juga ada yang jatuh terjelepok, terkesima dengan ujian yang bertimpa-timpa. Seperti Malik bin Dinar, bilamana kita tewas dengan ujian, mudah saja untuk syaitan meruntun kita kembali ke jalan kehinaan.

Oleh sebab itu, haruslah kita sentiasa beringat dan menyiapkan diri kita untuk segala kemungkinan. Letakkanlah pergantungan sepenuh-penuhnya hanya kepada Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Memahami segala isi hati kita, merintihlah dan sujudlah kepada Dia sahaja. Bertaubatlah. Selagi punya masa dan kesempatan, ayuhlah kita kembali kepada Yang Maha Esa. Dosa-dosa silam kita lupakan dan jadikan sempadan. Kita bina kekuatan dengan solat malam, latih sabar dengan berpuasa, dan ciptalah biah solehah (suasana yang baik) dengan sahabat-sahabat sekeliling kita. InsyaAllah, semoga kita ditempatkan dalam kalangan hamba-hamba-Nya yang soleh/ah kelak.

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar, ayat 53)
 “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat” (Hud, ayat 114)
- Perkongsian seorang Hamba Allah

0 comments:

Post a Comment

 

©Copyright 2011 The Monumentalist | TNB